kamu orang beruntung yang ke :

Kamis, 27 Maret 2014

"waktu Mbak Ulil masih kecil" moments

Assalamualaikum readers! 
Malam ini entah ada angin apa aku tiba-tiba buka refleks buka blogger dan klik tombol new entry. Oh ,iya, ini bukan karena angin, Malang lagi sepi angin. Mungkin ini efek barusan ditelpon mama.

Nggak seperti biasanya hari ini genap 4x aku nelpon mama. bukan mau minta tambahan uang bulanan.. bukaaan. Beberapa hari ini waktuku banyak dipake buat kuliah-praktikum-rapat, jadi nggak setiap hari bisa telpon mama, kalaupun telpon cuma bentar. Aku jadi kangen. terus inget mama setiap 5 menit sekali bbmnya selalu update. jadi aku buka recent update terus liat mama bikin puding roti. 

sorry for the absurd languange :')
Sejujurnya, salah satu hal yang paling berat ketika kalian merantau adalah saat ngepoin akun sosial media emak sendiri. apalagi emak kalian jago masak. apalagi emak kalian adalah ibu-ibu sosial media. apalagi emak kalian selalu manggil kalian 'sayang'. apalagi emak kalian adalah emak yang sekaligus sahabat,koki, guru, financial manager,  business woman, motivator, psikolog, juru bicara, ahli gizi, dokter keluarga, perawat, juru bicara, supir, penulis, penjahit, pelawak,... ALL IN ONE. apalagi emak kalian adalah emak yang terbaik dan satu-satunya yang paling baik yang ditakdirkan Allah sebagai emak kalian. 

sebenernya entry ini bukan akan membahas tentang masa kecilku, karena aku tau seindah apapun itu orang lain mungkin nggak akan begitu peduli :"
tapi, pasti kita semua pernah ngerasain momen-momen dimana mama papa kita tiba-tiba flash back tentang kebiasaan kamu di masa kecil, terus bilang "dulu waktu mbak masih kecil, sering giniginigini...." atau "dulu waktu mas masih kecil pernah giniginigini..."

Ya, mama papa ku sering melakukan itu. Bahkan banyak fakta-fakta memalukan tentang aku yang akhirnya dibongkar berkat "waktu mbak ulil masih kecil" moments itu. 

"waktu mbak ulil masih kecil dulu tiap liat tukang duren lewat selalu teriak... nuleeeennn.. padahal nggak mau beli" 
"waktu mbak ulil masih kecil dulu suka dipanggil susan, soalnya pipinya gembul,kulitnya putih, rambutnya kayak susan"
"waktu mbak ulil masih kecil dulu, kalo denger mbak ulil sakit, nenek sama atok langsung dateng ke rumah, khawatir sama cucu pertamanya"
"waktu mbak ulil masih kecil dulu suka bereksperimen sendiri, misalnya potong poni sendiri diem-diem"
"waktu mbak ulil masih kecil dulu tiap mama masak, suka ikutan sibuk pura-pura masak, terus dikasih ke boneka"
"waktu mbak ulil masih kecil dulu kalo mau tidur mesti megang telunjuk papa"
"waktu mbak ulil masih kecil dulu anteng, anteng walaupun lagi sakit. tapi kok sekarang jadi cerewet"

and thousands of "waktu mbak ulil masih kecil" moments else...

Dan barusan juga nih pas nelpon, papa nanyain "kenal sama anak temen papa nggak, di fkub juga, namanya XXX". aku nggak kenal siapa, terus aku bilang aja "nggak tau, ada kali, tapi nggak terkenal"
terus aku masih kepo siapa sih si XXX itu.... well papa menceritakannya seperti dia seorang anak cewek. 
terus aku nanya ke temen "kamu tau nggak yang namanya XXX. angkatan kakak kelas pokoknya" "itu presiden ASDFGHJKL -bukan nama sebenarnya, sebuah organisasi bergengsi di fkub-".... :O
dan dengan polosnya aku bilang dia nggak terkenal. 

nggak tau juga kenapa yang barusan itu bikin aku jadi pengen makin istiqomah, terutama soal jodoh. ya, walaupun umur masih segini, lingkungan bikin aku jadi udah mulai kepikiran soal jodoh. siapa dia? dimana? apa yang dia lakukan? nih ada sedikit cuplikan dari buku halaqah cinta :

"kepada semua yang hatinya sempit karena menanti jodoh yang tak kunjung datang, yakinlah, jika engkau telah berusaha dengan sebaik-baiknya dan berdoa kepada-Nya, ini hanya soal waktu. Semuanya akan berlalu. Seperti puasa, ada saatnya kita menahan diri, ada saatnya kita berbuka. Kita hanya bisa berusaha, nggak bisa memaksa kedatangannya. Jodoh akan datang jika Allah telah menetapkan saatnya untuk datang. dan seperti halnya puasa, semua penantian, rasa gelisah, dan tidak nyaman akan hilang seketika saat bertemu dengan pasangan idaman." 

ya nggak ada hubungannya sih telpon dari mama tadi sama cuplikan halaqah cinta. tapi unpredictable banget mama papa ngenalin seseorang yang unpredictable. jadi aku ngambil kesimpulan kalo ya jodoh itu bisa datang dari mana aja, mungkin dikenalin sama orangtua, nemu di jalan, mungkin di kampus, di organisasi, atau bahkan orang yang sebelumnya kita nggak pernah tau adanya dia di muka bumi ini. jangan di risaukan, pada saatnya dia akan datang. cie. wkwk

Kalau Allah aja bisa menjaga jarak matahari, bumi, bulan, dan mengatur orbit masing-masing, maka nggak sulit bagi Allah untuk mengatur jarak 2 insan, dan mempertemukanna di saat yang tepat. Insya Allah :)


Related Post:

0 komentar:

Posting Komentar